Bedanya Gila Kerja dengan High Performer dalam Karir

Bedanya Gila Kerja

Bedanya Gila Kerja dengan High Performer dalam Karir — Di dunia kerja modern, banyak orang yang bangga menyebut diri mereka “gila kerja.” Tapi, tahukah kamu? Ada perbedaan besar antara gila kerja (workaholic) dengan menjadi high performer. Seseorang yang gila kerja biasanya terjebak dalam rutinitas tanpa arah, sementara high performer tahu cara bekerja secara cerdas, efektif, dan tetap menjaga keseimbangan hidup. Yuk, kita bahas satu per satu!

1. Sibuk Terus vs Hasil Nyata

Orang gila kerja setiap hari sibuk luar biasa. Tumpukan pekerjaan seolah tak ada habisnya, tapi ketika ditanya hasil konkretnya, kadang malah bingung menunjukkannya.

High performer beda cerita. Mereka fokus pada hasil. Mereka tahu mana pekerjaan yang berdampak besar, sehingga prestasi mereka bisa terlihat jelas dan nyata.

2. Lembur Tanpa Efisiensi vs Manajemen Energi

Gila kerja sering menganggap lembur sebagai tanda dedikasi. Padahal, kerja lembur terus-menerus biasanya karena manajemen waktu yang buruk.

Sebaliknya, high performer paham pentingnya manajemen energi. Mereka tahu kapan harus kerja keras dan kapan harus rehat untuk menjaga performa jangka panjang.

3. Semua Diiyakan vs Prioritaskan yang Penting

Orang gila kerja cenderung tidak bisa berkata “tidak.” Akibatnya, semua tugas diterima, semua proyek dijalankan, dan akhirnya malah burnout.

High performer lebih selektif. Mereka hanya mengambil tugas yang benar-benar penting dan berdampak, sehingga tetap fokus dan produktif.

Baca juga: Mengungkap Nominal Gaji kepada Rekan Kerja Adalah Kesalahan Besar

4. Libur Masih Kerja vs Pulang Tenggo Tanpa Bersalah

Bagi seorang gila kerja, hari libur bukan waktu untuk istirahat. Mereka tetap memikirkan pekerjaan, bahkan kadang buka laptop saat liburan.

High performer? Mereka paham pentingnya “off time.” Pulang tenggo tanpa merasa bersalah, karena tahu istirahat yang cukup adalah bagian dari strategi sukses.

5. Membandingkan Diri vs Mengapresiasi Diri

Gila kerja sering terjebak dalam perbandingan sosial. Melihat orang lain lebih sukses membuat mereka merasa belum cukup baik.

Sementara itu, high performer fokus pada pertumbuhan diri sendiri. Mereka mengapresiasi setiap langkah kecil menuju kesuksesan.

6. Kerja Tanpa Akhir vs Seimbang Antara Hidup dan Kerja

Bagi gila kerja, hidup adalah tentang kerja, kerja, dan kerja lagi.

High performer tahu bahwa hidup harus seimbang. Mereka tetap meluangkan waktu untuk keluarga, teman, hobi, dan diri sendiri.

7. Istirahat itu Malas vs Istirahat itu Strategi

Gila kerja menganggap istirahat sebagai kemalasan.

High performer justru melihat istirahat sebagai bagian dari strategi untuk menjaga fokus, semangat, dan kreativitas.

Tips untuk Menjadi Seorang High Performer

Mau upgrade dari gila kerja ke high performer? Ini beberapa tipsnya:

Prioritaskan tugas
Belajarlah membuat daftar prioritas. Tidak semua pekerjaan harus dilakukan sekaligus. Fokuslah pada tugas yang memberi dampak besar terhadap tujuan utamamu. Dengan memprioritaskan, kamu bisa menyelesaikan pekerjaan penting lebih cepat dan lebih baik.

Manajemen waktu
Manajemen waktu bukan soal mengisi setiap menit dengan kerja. Buat jadwal realistis yang memuat waktu kerja intensif dan waktu istirahat. Gunakan teknik seperti Pomodoro atau blok waktu untuk meningkatkan fokus tanpa membuat diri kelelahan.

Belajar berkata tidak
Mengatakan “tidak” bukan berarti tidak kooperatif. Justru, itu menunjukkan kamu paham kapasitasmu dan menghargai kualitas kerja. Jangan takut menolak tugas tambahan jika itu akan mengganggu pekerjaan utama yang lebih strategis.

Baca juga: 5 Rekomendasi Pekerjaan yang Cocok untuk Orang Introvert

Evaluasi hasil
Daripada hanya sibuk dengan aktivitas, luangkan waktu untuk mengevaluasi hasil kerja. Tanyakan ke diri sendiri: Apakah tugas ini membawa nilai nyata? Jika tidak, mungkin waktumu lebih baik digunakan untuk hal lain yang lebih penting.

Rawat diri
High performer tahu bahwa tubuh dan pikiran yang sehat adalah aset utama. Sisihkan waktu untuk olahraga, makan sehat, tidur cukup, dan menjaga hubungan sosial. Jangan tunggu burnout baru sadar pentingnya self-care.

Penutup

Menjadi gila kerja mungkin terasa heroik, tapi dalam jangka panjang justru bisa merugikan. Yang terbaik adalah menjadi high performer: produktif, terarah, dan tetap punya kehidupan di luar pekerjaan. Yuk, mulai ubah mindset dan kebiasaanmu, supaya karir tetap cemerlang tanpa harus mengorbankan kebahagiaan pribadi.

Scroll to Top